Cerpen Karangan : Faisal Ramadhan
Kategori : Cerpen Horor
Kategori : Cerpen Horor
Suatu malam, aku harus mengikuti uji nyali bersama ketiga kakak kelasku yang penakut. Mereka memintaku satu tim dengan mereka karena aku adalah anak indigo satu-satunya di sekolahku. Hhh… Kenapa aku harus satu tim dengan cowok-cowok penakut? Di sisi lain, aku juga senang karena salah satu dari mereka adalah cowok yang tampan. Saat uji nyali hampir dimulai, aku sudah berpikir pasti uji nyalinya tidak akan tepat waktu. Dan, ya! Uji nyalinya dimulai setengah jam lagi. Timku terkejut. Tapi salah satu dari mereka yang bernama Ray malah senang. Itu karena dibalik wajah tampan dan badan tegapnya itu, dia sangat penakut.
Setengah jam kemudian…
“Baiklah, sekarang ambil senter dan ikuti arah yang dibentuk dari batu itu!” perintah ketua Ridwan.
“Baiklah, sekarang ambil senter dan ikuti arah yang dibentuk dari batu itu!” perintah ketua Ridwan.
Saat sampai petunjuk pertama, Ray bilang ia tidak sanggup mengikuti uji nyali lagi. “Guys, gue… ngg, udah gak sanggup ikut uji nyali ini lagi…” kata Ray. “Perasaan gue gak enak nih…” lanjut cowok tampan itu. “Ya elah… Baru gini doang… Lo penakut banget sih…” ejek temannya, Lukman. “Ehh, udah dong… perasaan gue gak enak juga” balasku. Aku merasakan energi negatif datang dari arah… barat! Ada sebuah pohon rindang dan sepucuk pocong yang duduk di salah satu dahan pohonnya. Eeh, ada apa tadi? Pocong?!! “Guys, a ada p po…poc…” belum selesai aku bicara, Lukman menutup mulutku dan… “Lariiii!!! Ada pocoooong!!!” teriak Lukman. Ray, Lukman dan teman mereka Andre berlari sekencang mungkin. Mereka berlari ke basecamp.
"Eh tunggu!"Aku ingin berlari mengejar mereka. Tapi, terlambat. Pocong yang berlumuran darah itu berada tepat di depanku. “Jangan ganggu aku! Please!” teriakku. Pocong itu tidak mau pergi. Ia tampak marah, entah kenapa. Aku segera melafalkan ayat-ayat al-quran. Pocong itu tak mau pergi. Kurasakan energi negatifnya sangat besar. Mungkin, cewek indigo sepertiku yang polos ini tak bisa mengusirnya dengan itu.
Tiba-tiba, ada hantu lain yang mengusir pocong bandel itu dengan cara menendangnya. “Eh… siapa, k kamu..?” tanyaku gemetaran. “Kenalin, aku Audrey… Kuntilanak tomboy penunggu hutan ini…” jawabnya dengan gaya seperti hantu profesional. “Oh… begitu ya? Aku hanya siswa dari sekolah dekat sini…” balasku agak ketakutan. “Ohh, sebaiknya kamu berhati-hati! Jangan masuk ke hutan ini tanpa izin dari pocong tadi! Dan kalau kau nekat, hantu tanpa kepala akan memenggal kepalamu di tengah jalan. Lihat, di pohon itu, banyak kepala manusia yang digunakan sebagai pajangan oleh hantu jahat di sini…” jelas kuntilanak itu. Aku hampir muntah saat melihat ribuan kepala manusia yang digantung di sebuah pohon besar.
“Eh, cepatlah pulang! Pocong itu akan datang!” kata kuntilanak itu. Aku hanya mengangguk lalu berlari ke basecamp. Kulihat, ada siswi yang kesurupan, siswa yang terluka parah, dan Ray! Ray muntah-muntah. Setelah kutanya Andre, Ray baru saja melihat kuntilanak sedang berdiri di dekatku. Aku tertawa kecil saat mendengarnya.
Keesokan harinya, tempat yang tadinya hutan menjadi kamar UKS yang serba putih. Jadi? Uji nyali itu cuma mimpi?! Oh my god… aku baru sadar kalau aku baru saja siuman setelah melihat hantu yang sangat mengerikan.
No comments:
Post a Comment